Mengingat sebentar lagi Idul Adha 2021, setiap masjid-masjid akan ramai dengan suara berkumandang takbir. Namun, tahukah Jofiers bahwa di Kota Medan juga ada masjid tua dan bersejarah yang sudah berdiri kokoh dan megah dengan usia ratusan tahun. Dan pastinya setiap bangunan tersebut memiliki kisah sejarah tersendiri. Apalagi, jika bangunan masjid tersebut sudah berusia bahkan ratusan tahun, seperti beberapa Masjid di Kota Medan ini.
Di Kota Medan sendiri ada beberapa masjid tua yang masih berdiri dengan arsitektur yang megah dan masih terjaga hingga saat ini. Namun, jika diperhatikan masjid-masjid ini tidak hanya dijadikan sebatas tempat ibadah saja, namun juga dijadikan sebagai tempat wisata.
Penasaran dimana saja masjid tertua di Medan? Yuk, jelajahi bersama disini!
Masjid Al Osmani
Masjid cantik ini dikenal sebagai dengan nama Masjid Labuhan yang berada di tepi jalan ini sudah menginjak 164 tahun dan tidak memudarkan keelokan masjid ini. Siapapun yang melintas pasti akan menoleh sebab warna kuningnya yang begitu mencolok, khas Melayu.
Saat itu, Sultan Deli Mahmud Perkasa Alam yang tak lain putra kandung Sultan Osman Perkasa Alam meminta Langereis merenovasi masjid yang masih berbentuk bangunan sederhana dari kayu ini dalam waktu tiga bulan. Dan permintaan sultan terpenuhi dengan terwujudnya bangunan megah yang kuat dengan unsur arsitektur India, Tiongkok, Timur Tengah, Eropa dan Melayu.
Pada pintu masjid digunakan ornamen Tiongkok, ukuran di setiap bangunan bernuansa India, arsitekturnya dibangun ala Eropa, ornamen-ornamen yang digunakan bernuansa Timur Tengah. Kubah tembaga bersegi delapan berumur seabad lebih mengikuti gaya India, beratnya mencapai 2,5 ton.
Bangunan Masjid Al Osmani sudah ada tujuh kali direnovasi. Dominasi warna kuning keemasan karena warna ini merupakan kabanggaan Suku Melayu. Artinya megah dan mulia. Dipadu hijau yang filosofinya ke-Islaman dan Kemakmuran. Hebatnya, masjid ini mampu menampung 1000 orang pada 2016, yang mana ditetapkan menjadi cagar budaya Kota Medan.
Masjid Raya Al-Mashun
Salah satu masjid yang menjadi ikon Kota Medan ini dekat dengan Istana Maimun, dan keberadaannya tidak dapat dipisahkan, sebab Masjid Raya Al-Mashun ini tadinya berada dalam komplek yang sama dengan Istana Maimun. Masjid ini menjadi salah satu tertua di Medan yang dibangun pada pemerintahan Sultan Ma’mun Al Rasyid Perkasa Alam pada tahun 1906 dan selesai pada 1909. Yang mana saat ini sudah berumur kurang lebih 110 tahun.
Bentuk dari bangunan Masjid Raya ini sangat unik, memadukan gaya India, Eropa (Spanyol) , dan Melayu. Terbukti dari pintu kayu yang bercat biru dan kuning. Yang mana menyiratkan Melayu karena Sultan Deli merupakan orang Melayu.
Dan pada bagian pintu-pintunya terdapat ornamen Spanyol yang melengkung dan kaca patri besar berwarna-warni. Sedangkan pada dinding-dindingnya terdapat ornamen bermotif ala India. Kemudian pada tiang masjid yang kokoh terbuat dari marmer asli dari Italia, dengan jumlah delapan tiang yang mengelilingi masjid. Mimbar yang digunakan saat hari Jum’at dan Ramadhan juga memiliki seni dengan bercorak India.
Saat masuk ke dalam masjid, kamu akan dibuat kagum dengan berbagai corak dan ornamen tampak presisi dari segi bentuk dan pemilihan warna. Tidak hanya bangunannya yang berusia tua, Masjid Raya Al Mashun ini juga dikenal memiliki Al Qur’an berusia tua yang dipajang di pintu masuk jama’ah laki-laki. Meski sudah berusia ratusan tahun, Al Qur’an yang ditulis dengan tangan ini masih bisa dibaca dengan jelas.
Masjid Lama Gang Bengkok
Salah satu masjid tertua dan bersejarah ini memiliki peran penting dalam berkembangnya agama Islam di Kota Medan. Masjid Lama Gang Bengkok ini dibangun pada tahun 1874 pada masa pemerintahan Sultan Makmun Al Rasyid dan menjadi masjid tertua kedua yang ada di Kota Medan.
Awal mula dinamakan Masjid Lama Gang Bengkok karena dulu di depan masjid ini ada sebuah gang yang bentuknya memang bengkok. Namun, karena kendaraan semakin ramai dan gang tersebut sudah dijadikan sebagai jalanan umum.
Masjid yang menjadi simbol kerukunan umat beragama dan etnis di Medan ini ternyata berdiri diatas tanah wakaf Datuk Kesawan Haji Muhammad Ali. Sementara biaya pembangunan masjid bukan dari kalangan umat Islam, melainkan diperoleh oleh saudagar Tionghoa yang notabene non-muslim, yaitu Tjong A Fie.
Arsitektur masjid ini menunjukkan perpaduan berbagai budaya, mulai dari budaya Melayu yang ada pada sejumlah ornamen masjid dengan berdominan warna kuning dan hijau. Sedangkan, gaya arsitektur CIna ada pada atap masjid yang semakin melebar ke bawah dan melengkung di tiap sisinya. Lalu, budaya Timur Tengah terlihat dari gapura dan mimbar yang ada di dalam masjid.
Masjid Agung Medan
Masjid yang telah digunakan kurang lebih lima dekade ini mengalami beberapa renovasi pada tahun 1994 lalu, dan kemudian direnovasikan kembali sejak tahun 2016. Menara masjid tertua ini dibangun setinggi 199 meter yang dirancang oleh para arsitek berasal dari Kota Medan. Konon, masjid ini menjadi menara tertinggi di dunia.
Menariknya, tempat yang menjadi salah satu wisata rohani ini memiliki warna berdominan putih dan hijau. Dan akan menjadi salah satu masjid termegah.
Masjid Badiuzzaman Surbakti
Masjid yang terbilang tua ini juga memiliki keunikan lho, Jofiers! Dalam pembangunan Masjid Badiuzzaman Surbakti ini menggunakan putih telur, terlihat dari penampilan masjid yang sederhana ini. Masjid ini dibangun pada masa peperangan Sunggal atau antara tahun 1872 hingga 1895.
Pada masa itu, Belanda melarang masuknya semen ke kawasan teritorial Sunggal, hingga bangunan dengan menggunakan semen pun berkendala. Masjid ini dibangun tidak menggunakan semen dalam perekat bangunan seperti antara pasir dan batunya, namun menggunakan putih telur.
Itulah daftar beberapa masjid tertua di Kota Medan yang bisa Jofiers kunjungi pada waktu Idul Adha 2021 nanti. Gimana, apa Jofiers sudah pernah mengunjungi salah satunya?
Коментари